BLOG IGO BERITA KINI PINDAH KE WAVIE-NEWS.TK

Wednesday, March 18, 2015

[berita penting] Keramat perawan dan perjaka

Keramat perawan dan perjaka



Merdeka.com - Boleh percaya boleh tidak, namun kepercayaan warga Desa Lelea, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, ini memang demikian. Jika sawah di cangkul dan bibit ditanam oleh peserta ngarot yang masih perawan dan perjaka bakal memiliki hasil berbeda. Tanaman penghasil beras itu bakal tumbuh subur. Berbeda jika dilakukan oleh petani pada umumnya.

"Kalau ditanam sama yang masih perjaka dan perawan itu padinya lebih subur. Buah padinya lebih merunduk," kata Kepala Desa Lelea, Raidi saat berbincang dengan merdeka.com, Sabtu pekan kemarin di Indramayu, Jawa Barat.

Raidi pun menawarkan untuk melihat hasil padi ditanam oleh perjaka dan perawan di kampungnya hasil upacara ngarot tahun lalu. "Kelihatan bedanya," kata Raidi.

Sawah garapan milik Desa Lelea itu terletak tak jauh dari Balai Desa. Luas sawah warisan leluhur Desa Lelea itu sekitar 3 hektare. Hasil panen dari sawah itu juga tidak dikenakan pajak.

Tradisi upacara ngarot bagi warga Desa Lelea memang dilakukan turun temurun hingga saat ini. Upacara ngarot dilakukan menjelang musim tanam di akhir tahun. Dimana pada bulan-bulan tersebut juga merupakan musim penghujan hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Kepercayaan masyarakat ini masih terus di budayakan hingga kini. Bahkan Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan menjadikan upacara ngarot menjadi warisan cagar budaya. Rencananya pemerintah bakal membuat miniatur Kampung Lelea di dekat sawah pemberian Ki Buyut Kapol di Desa Lelea, itu.

Menurut Raidi, tradisi ngarot asli terakhir di lakukan sekitar 1980-an. Meskipun sampai kini masih dilaksanakan, namun pesertanya lambat laun terus berkurang. Selama tiga tahun dia menjabat sebagai Kepala Desa Lelea, antusiasme warga kampung untuk mengikuti tradisi ngarot kembali menggelora. Tercatat pada 2014 kemarin, 217 pemuda dan pemudi di kampungnya mengikuti tradisi ngarot.

Namun sayang, dari jumlah itu hanya 30 orang yang mau menjalankan profesi sebagai petani. "Hanya 30 orang," kata Raidi.

Fendi warga asli Desa Lelea juga mengatakan hal yang sama jika makin berkembangnya kemajuan tradisi ngarot tidak diikuti jumlah perjaka dan perawan kampung yang ikut. Dia menduga perkembangan zaman itu membuat para pemuda dan pemudi di desanya malu terjun ke sawah. "Kalau sekarang memang beda, kalau sekarang kan mainnya di mal," ujarnya.

Sejatinya tradisi ngarot merupakan pembelajaran bagi masyarakat Desa Lelea dalam hal mengelola pertanian. Pesan leluhur itu tertanam bagi kalangan orangtua di Desa Lelea.

Selain itu, banyak orang tua di desa berjarak sekitar 20 kilometer dari Kota Indramayu itu menyarankan jika ingin mendapatkan jodoh yang masih "asli", agar memilih peserta ngarot. "Karena kepercayaannya memang seperti itu," kata Fendi.

Kepala Desa Lelea, Raidi, berharap jika tradisi ini terus di pertahankan, paling tidak moral para remaja di kampungnya masih berpegang teguh pada nilai-nilai leluhur. "Saya ingin warga saya menjadi lebih baik," katanya.



http://www.merdeka.com/khas/keramat-...dramayu-3.html



yang di Kakus gimana nih apa masih perawan apa masih perjaka

Link: http://adf.ly/1ALlgj
FFFFFF

Blog Archive