BLOG IGO BERITA KINI PINDAH KE WAVIE-NEWS.TK

Sunday, March 15, 2015

Terkuak !!! Ketua KPK Adalah Bagian Dari Geng MEOK

Terkuak !!! Ketua KPK Adalah Bagian Dari Geng MEOK


Terkuak !!! Ketua KPK Adalah Bagian Dari Geng MEOK


PUBLIK bereaksi keras setelah komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi menyerahkan penanganan kasus gratifikasi Komisaris Jenderal Budi Gunawan kepada Kejaksaan Agung. Karyawan KPK pun berdemonstrasi menyesalkan keputusan tersebut. Mereka meminta pimpinan KPK menjelaskan secara terbuka strategi pemberantasan korupsi yang sedang dijalankan. Aksi karyawan semacam ini baru pertama kali terjadi dalam perjalanan KPK.

Penyerahan kasus Budi Gunawan (BG) itu seperti mengabaikan harapan publik agar KPK mengajukan peninjauan kembali terhadap praperadilan status tersangka BG yang diputuskan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Masyarakat berharap peninjauan kembali (PK) akan membuat Mahkamah Agung dapat membatalkan putusan tersebut, sehingga KPK tetap mampu menjerat BG.

Ketidakpuasan masyarakat ini tentu saja tertuju pada sosok Taufiequrachman Ruki, yang dilantik Presiden Joko Widodo menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Ketua KPK pada 20 Februari lalu. Putusan itu kian mengentalkan sinyalemen yang beredar sebelumnya bahwa penunjukan Ruki tidak tepat, dan alih-alih malah akan melemahkan lembaga KPK. Dugaan lain menyebutkan penunjukan Ruki adalah titipan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Berikut cukilan tanya jawab Ruki dengan Tempo Rabu pekan lalu mengenai kabar tersebut:

Saat Anda ditunjuk sebagai Plt KPK, santer muncul suara bahwa Anda adalah titipan Megawati Soekarnoputri (Ketua Umum PDI Perjuangan) dengan tujuan meredam kasus korupsi kakap….
Yang meminta secara resmi ke saya untuk menjadi Ketua KPK adalah Pak Jusuf Kalla (Wakil Presiden), yang saya kenal sejak menjadi anggota DPR. Jika yang meminta adalah menteri, apalagi dari partai, saya tidak akan mau. Maaf, saya tidak mau jadi titipan partai. Gue ini sudah pensiun. Yang boleh perintah gue hanya Presiden.

Bagaimana dengan Megawati, Anda kenal secara pribadi?
Kalau Ibu Mega memang kenal ketika saya masih kuliah di Jurusan Hukum Universitas 17 Agustus 1945. Tapi, kan, dia tetap dari partai....

Jika Megawati sendiri yang meminta Anda menjadi Ketua KPK, bersedia?
Janganlah. Masak, saya titipan PDI Perjuangan. Jikapun Pak Susilo Bambang Yudhoyono yang meminta, saya juga tidak akan mau, karena dari partai juga. Saya bersedia karena Pak JK yang meminta, dan sudah diputuskan secara informal oleh petinggi negara di Istana, termasuk Presiden. Ketika saya tanya ke Pak JK apakah saya akan jadi pemadam kebakaran dalam situasi kisruh ini, dia menjawab simpel, "Enggaklah, ini kan karena kau yang memulai dulunya (KPK)".

Ada kabar Anda melakukan pertemuan informal dengan beberapa mantan dan petinggi polisi, juga pengacara yang pernah membela koruptor di Restoran Duck King tak lama setelah dilantik….
Saya ini kan bukan orang dari planet lain. Saya dari kalangan pergaulan. Saya bergaul dengan orang pergerakan, orang ideologis, juga para jurnalis. Saya punya komunitas tertentu, pencinta keris, dan golf. Itu saya lakukan sejak 1992, ketika menjadi anggota DPR. Karena itu sosok saya di kalangan mereka bukan hal aneh.

Itu pertemuan rutin?
Rutin juga tidak. Tergantung sponsornya siapa. Sebenarnya pertemuan itu akan dilakukan pada Jumat (20 Februari 2015), tapi tiba-tiba hari itu saya dilantik. Jadi pindah ke Sabtu. Saya sudah sampaikan ke teman-teman pimpinan KPK bahwa hari itu akan bertemu geng lama. Di sana, ya, MEOK saja alias "makan enak omong kosong". Di situ saya bertemu Noegroho Djajoesman (Mantan Kapolda Metro Jaya), yang saya kenal sejak dulu. Juga ada Bang Buyung (Nasution), yang saya kenal sejak 1969. Kemudian Hariman Siregar, dan teman lain yang dokter dan budayawan. Bicara tentang batu bacan, keris, membina PAUD (pendidikan anak usia dini). Itulah lingkungan sosial saya.

Pertemuan itu tidak melanggar kode etik?
Melanggar apabila sembunyi-sembunyi. Ini kan saya informasikan ke pimpinan lain. Saya juga cerita bertemu dengan orang yang ditetapkan tersangka oleh KPK di lift sebuah rumah sakit ketika mengantar istri. Sekarang saya beri tahu Anda, saya sudah dua kali bertemu Akil Mochtar (bekas Ketua Mahkamah Konstitusi) dan Wawan (Tubagus Chaeri Wardana) di masjid bawah di KPK, ketika habis salat Jumat. Salaman sama mereka, setelah itu naik. Apa itu melanggar kode etik?

Sumber: (Majalah Tempo)


Ternyata bagian dari MEOK ck ck ck ck

Link: http://adf.ly/1ABu9c
FFFFFF

Blog Archive