BLOG IGO BERITA KINI PINDAH KE WAVIE-NEWS.TK

Monday, April 13, 2015

[nasi bungkus Dan ] Soto Ayam Jadi Pemicu Tingginya Inflasi Jatim, Kok Bisa?

Soto Ayam Jadi Pemicu Tingginya Inflasi Jatim, Kok Bisa?


Bisnis.com, SURABAYA — Daya beli masyarakat Jawa Timur tengah memasuki level rawan, setelah Surabaya di luar ekspektasi memecahkan salah satu rekor inflasi tertinggi di Pulau Jawa. Bahkan, iklim negatif itu diprediksi memburuk pada bulan berikutnya.

Peringatan itu disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, yang mengumumkan inflasi provinsi dengan pertumbuhan ekonomi terpesat kedua di Jawa itu secara tak terduga menembus 0,31% pada Maret, jauh di atas level rerata nasional pada level 0,17%.

Ibu Kota Jatim, Surabaya, menorehkan angka kenaikan harga tertinggi yaitu 0,36%, bahkan melampaui inflasi DKI Jakarta 0,19%, Semarang 0,25% dan Jogja 0,15%. Namun, level Surabaya masih lebih rendah dibandingkan dengan Bandung (0,61%) dan Serang (0,44%).

"Inflasi Surabaya agak lebih tinggi dibandingkan ibu kota provinsi lain di Jawa. Ini harus betul-betul dicermati. Padahal, tidak ada kebijakan baru yang terlalu mengejutkan, semua sudah diantisipasi," kata Kepala BPS Jatim Sairi Hisbullah, Rabu (1/4/2015).

Lonjakan inflasi yang melampaui praduga awal tersebut langsung diterjemahkan BPS sebagai lampu kuning bagi Pemprov Jatim. Sebab, pada Februari Jatim justru menorehkan deflasi cukup dalam (-0,52%) dan pada Januari inflasinya cukup rendah (0,20%).

Rupanya, sebut Sairi, ada fenomena di Jatim yang tidak dijumpai di provinsi lain. Provinsi dengan 38 kabupaten/kota itu memiliki ciri khas sentimen masyarakatnya yang lebih peka terhadap pergeseran harga bahan bakar minyak (BBM) dibandingkan daerah lain.

Sekadar catatan, kenaikan harga BBM senilai Rp200/liter saja akan menyumbang kenaikan inflasi sebesar 0,17 poin di Jatim. Sehingga, menurut prediksi BPS Jatim, saat harga BBM naik Rp500/liter pada akhir Maret, inflasi bisa langsung terkerek 0,30 poin bulan berikutnya.

Dia menggambarkan kekhasan Jatim tercermin dari lonjakan harga makanan jadi yang berbanding terbalik dengan melorotnya harga jual bahan pangan mentah, seperti daging dan telur ayam ras, wortel, cabai, dan sebagainya.

"Pada Maret, harga bahan pangan pokok di Jatim deflasi 0,35%. Tim Pengendali Inflasi Daerah Jatim terbukti berhasil mengendalikan harga. Namun, kinerjanya belum cukup maksimal karena penurunan harga pangan di tingkat nasional mencapai 0,73%."

Sebaliknya, harga makanan jadi dan rokok kretek di Jatim terkerek 0,53%. Menurut pantauan BPS Jatim, kenaikan harga tertinggi terjadi pada soto dan nasi bungkus , yang merupakan dua jenis sajian terpopuler di Jatim berbahan baku daging dan telur ayam ras.

"Harga bahan baku turun, tapi setelah menjadi masakan malah melangit. Ada efek psikologis dari kenaikan harga BBM pada bulan lalu, terutama bagi pedagang soto. Inilah yang menjadi ciri khas Jatim," ungkap Sairi.

Penyumbang inflasi terbesar di Jatim adalah sektor transportasi dan komunikasi (0,97%). Lainnya mencakup sektor kesehatan (0,48%) akibat kenaikan harga obat yang tidak besar tapi merata, serta perumahan, air dan listrik (0,30%) akibat kenaikan harga elpiji 3kg.
sumber   (kabar24.bisnis.com)


Pantesan panasbung mencak mencak, ini nasi bungkus naik gan


Link: http://adf.ly/1EfxLF
FFFFFF

Blog Archive