BLOG IGO BERITA KINI PINDAH KE WAVIE-NEWS.TK

Friday, April 17, 2015

KAA 1955, Sukarno: Waspadai Kolonialisme Baru

KAMIS, 16 APRIL 2015

KAA 1955, Sukarno: Waspadai Kolonialisme Baru

TEMPO.CO, Jakarta: Hampir setiap kesempatan, ada dua kata yang sering diutarakan mendiang Presiden Indonesia pertama, Sukarno bila berpidato. Yaitu imperialisme dan kolonialisme.

Dua kata tersebut membuat Sukarn bersuka cita pada Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955. Suka cita bapak tujuh anak itu diutarakan dalam pidato pembukaan KAA. "Beberapa puluh tahun yang lampau kita terpaksa melawat ke negeri lain, bahkan ke benua lain, jika juru bicara rakyat kita hendak bermusyawarat," jelas Sukarno menyebutkan tujuan KAA 1955 sebagai tempat sendiri untuk merundingkan masalah bersama.

Bibit anti imperialisme dan kolonialisme sudah menghampiri jauh sebelum 1955 Sukarno muda. Saat itu ia melakukan pembelaan di pengadilan dengan judul "Indonesia Menggugat" pada tahun 1930. Waktu itu Sukarno yang sudah menikahi Inggit Garnasih mengecam penjajahan dan menyerukan perlawanan, sekalipun tanpa senjata.

Kesadaran, menurut Sukarno justru menjadi senjata ampuh. "Lebih kuat dari seribu bedil, seribu meriam, seribu serdadu dan senjata lengkap," seru Sukarno.

Bandung buat anak pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai yang lahir 6 Juni 1901 ibarat kawah candradimuka. Tamat Hoogere Burger School (HBS) 1921, Sukarno muda mulai menginjakan kakinya di Bandung. Ia mengambil jurusan teknik sipil di Technische Hoogeschool te Bandoeng (ITB) dan memperoleh predikat insinyur pada 25 Mei 1926.

Tahun 1926 juga, Sukarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung yang terinspirasi Indonesische Studie Club. Kelak organisasi itu menjadi Partai Nasional Indonesia. Belanda akhirnya menjebloskannya ke penjara Banceuy Bandung dan tahun 1930 dipindahkan ke penjara Sukamiskin.

Akhirnya Sukarno kembali ke Bandung menyelesaikan cita-citanya menghapuskan imperaliasme dan kolonialisme. Pada salah satu bagian pidatonya, Sukarno mengingatkan pekerjaan rumah setelah KAA selesai. "Saya minta kepada Tuan-tuan, janganlah hendaknya melihat kolonialisme dalam bentuk klasiknya saja, seperti di Indonesia," seru Sukarno.

Pahlawan nasional yang baru dikukuhkan pemerintah pada November 2012 itu mengingatkan para pemimpin KAA untuk mewaspadai kolonialisme baru. "Kolonialisme mempunyai juga baju modern, dalam bentuk penguasaan ekonomi, penguasaan intelektual, penguasaan materiil yang nyata, dilakukan oleh sekumpulan kecil orang-orang asing yang tinggal di tengah-tengah rakyat. Ia merupakan musuh yang licin dan tabah, dan menyaru dengan berbagai cara," seru Sukarno.


EVAN | PDAT

Source:
http://www.tempo.co/read/news/2015/0...onialisme-Baru



Link: http://adf.ly/1F6YqC
FFFFFF

Blog Archive