BLOG IGO BERITA KINI PINDAH KE WAVIE-NEWS.TK

Monday, April 13, 2015

Yayasan Bhakti Nurul Iman, Berawal dari Krisis Moneter

Yayasan Bhakti Nurul Iman, Berawal dari Krisis Moneter

Jakarta, Dinas Sosial -- Semakin meningkatnya permasalahan sosial terutama terkait dengan permasalahan anak jalanan, anak terlantar, gelandangan, pengemis, dan pemulung di Jakarta, melatarbelakangi Yayasan Bhakti Nurul Iman lahir. Apalagi sebelum yayasan itu berdiri yaitu pada tanggal 9 Agustus 1999, sedang maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena krisis moneter.

Itu diungkapkan Yaya Wahyudin, Ketua Yayasan Bhakti Nurul Iman di kediamannya (1/4). Ia melanjutkan, ditambah karena persoalanan perekonomian yang memburuk pada saat ini, menjadikan peningkatan permasalahan sosial semakin tinggi.

"Yayasan ini sendiri merupakan mitra dari Dinas Sosial dan Kementerian Sosial dalam rangka mengatasi permasalahan sosial. Di mana permasalahan sosial perlu juga peran dari masyarakat yang terdiri dari relawan. Tidak hanya dari pihak pemerintah saja," tukas Yaya.

Ia mengatakan, Yayasan Bhakti Nurul Iman ini adalah rumah singgah bagi anak jalanan, anak terlantar, gelandangan, pengemis, dan pemulung untuk daerah jangkauan Manggarai, Tanah Rendah, Gg. Bunga, Pisangan, Klender, Mampang Prapatan, Blok M, Senayan, dan Stasiun Tebet.

"Daerah jangkauan itu maksudnya adalah tempat kami menjangkau mereka. Adapun orang-orang yang terkena jangkauan berasal dari mana saja. Ada dari Depok, Tangerang, Bekasi dan lainnya. Karena mereka biasanya mangkal di daerah-daerah jangkauan kita," imbuhnya.

Tidak hanya itu, Yaya juga berharap program-program yang sudah ia berikan dapat menjadikan para penghuni yayasan hidup normal dan wajar. Karena dalam program itu sendiri, untuk kategori anak jalanan dan terlantar pihaknya memberikan dua jenis bantuan sosial berupa pemenuhan kebutuhan dasar yaitu makanan, dan pemenuhan pendidikan.

"Pemenuhan dasar itu seperti pemberian makanan, sedangkan pemenuhan pendidikan terbagi dua. Formal dan nonformal. Formal itu bimbingan belajar yang diadakan pada hari Sabtu. Sedangkan nonformal yaitu program kejar paket A, B, C pada hari Selasa, Rabu dan Jumat," ujar Yaya.

Karena memang menurutnya, anak-anak ini merupakan potensi-potensi yang sangat besar untuk ditingkatkan. Mereka bisa mengubah perekonomian keluarganya jika mampu memaksimalkan potensi mereka. Maka dari itu, pihaknya sebagai fasilitator dapat membantu meningkatkan potensi anak-anak itu agar diri mereka berguna kelak.

"Anak-anak itu memang kita bantu secara serius untuk urusan pendidikannya. Bahkan orang tua mereka sering kita berikan pengarahan agar mengerti bagaimana pentingnya pendidikan bagi anak. Orang tua kita libatkan dalam meningkatkan potensi-potensi anak agar berkembang. Karena peran orang tua juga sangat signifikan," tutur Yaya.

Sedangkan untuk gelandangan, pengemis, dan pemulung, pihaknya melakukan pendampingan bagaimana keberfungsian mereka untuk hidup secara wajar dan normatif. Tidak di jalanan, bisa memaksimalkan potensi yang ada untuk kesejahteraan dirinya sendiri.

"Kami melakukan program Usaha Ekonomi Produktif (UEP) untuk memaksimalkan potensi mereka. Kami berikan bantuan berupa modal usaha dan keterampilan usaha. Supaya mereka tidak kembali ke jalan dengan menggelandang, memulung, dan mengemis," ungkap Yaya.

Dari itu semua, ia berharap peran serta masyarakat yang terdiri dari para relawan, dapat berguna untuk menekan peningkatan jumlah permasalahan sosial. Agar masyarakat yang mengalami permasalahan sosial itu dapat hidup wajar dan normatif.

Link: http://adf.ly/1EfRZy
FFFFFF

Blog Archive